Friday 18 December 2009

Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Perikanan di Indonesia



Pengembangan komunal pada masyarakat nelayan pada umumnya kurang begitu diperhatikan, oleh karena itu dalam perkembangannya sangat diperlukan untuk menjadikan masyarakat nelayan itu dinamis. Alasan lain yaitu karena menurut Prince Peter (Pyotr) Alexeyevich Kropotkin, merupakan tokoh anarkis dari Rusia pada penghujung abad-19 dan awal abad-20 yang terkemuka dan juga merupakan salah seorang yang pertama kali menganjurkan anarkis komunisme: bentuk masyarakat yang sering ia anjurkan selama hidupnya adalah bentuk masyarakat komunal yang terbebas dari pengaruh pemerintahan pusat. Artinya tak sepenuhnya lepas dari pengaruh pemerintah pusat, namun hanya mandiri dalam mengembangkan sitem pada masyarakat itu sendiri.

Ada tahapan peninjau yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengembangan komunal (community development) sebuah masyarakat, diperlukan tinjauan dari aspek yang holistik untuk memparameterisasi keberhasilan pengembangan yang dilakukan. Adapun aspek yang akan saya tinjau adalah sebagai berikut: 1) Aspek ekonomi, 2) Aspek social dan 3) Aspek kebudayaan.

Jika ketiga aspek ini mampu dikembangkan dengan baik, maka saya yakin pengembangan komunal sebuah masyarakat –terutama perdesaan disekitar pesisir- akan berhasil dengan baik.

1. Aspek Ekonomi

Telah diketahui bahwa desa nelayan termasuk kedalam desa dengan pendapatan daerah yang agak rendah. Maka tentu saja perlu adanya penggiatan kegiatan ekonomi dengan berbasiskan sumber daya yang ada. Menurut Rokhmin Dahuri, Mentri Kelautan dan Perikanan tahun 2004 mengatakan bahwa setiap daerah pesisir pantai memiliki potensi perikanan yang cukup baik untuk dikembangkan. Jadi tidak benar bahwa kondisi geografis dan demografis daerah pesisir sama sekali tidak memiliki peluang ekonomis. Hal ini dibuktikan dengan potensi lestari sumberdaya ikan (SDI) laut Indonesia sekitar 6,4 juta ton per tahun atau 7,5 persen dari total potensi lestari ikan laut dunia. Saat ini, tingkat pemanfaatannya baru 4,4 juta ton. Potensi ini tersebar hamper diseluruh daerah pinggir laut Indonesia.

Untuk itu, saya menyarankan dibangunnya sebuah koperasi/bank perkreditan rakyat yang bersumber dari APBD daerah setempat tersebut, guna memfasilitasi serta memberikan penyuluhan pada masyarakat desa tersebut untuk dapat mandiri secara ekonomi. Hal ini akan dilakukan dalam jangka panjang, namun dengan pengawasan dan pelaporan yang baik dari pemerintah desa tersebut setiap tahun sekali. Ada dua keuntungan yang dapat kita dapatkan disini, pertama adalah keadaan ekonomi mereka akan membaik dan secara otomatis juga meningkatkan pendapatan daerah tersebut, kedua adalah penggiatan kegiatan ekonomi justru ini akan mampu menarik perhatian pemuda-pemuda dari desa/tempat lain agar mau bermigrasi ke daerah itu untuk mencari penghidupan yang layak. Dengan demikian, jumlah pemuda yang ada di daerah tersebut dapat diatasi.

2. Aspek Sosial

Kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir sering timbul konflik-konflik yang digolongkan menjadi empat jenis konflik. Pertama, konflik kelas, yaitu antarkelas sosial nelayan dalam memperebutkan wilayah penangkapan, seperti konflik nelayan skala besar di sekitar perairan pesisir yang sebenarnya diperuntukan bagi nelayan tradisional. Kedua, konflik orientasi yang terjadi antar nelayan yang memiliki perbedaan orientasi (jangka pendek dan panjang) dalam pemanfaatan sumber daya, seperti konflik horizontal antara nelayan yang menggunakan bom dengan nelayan lain yang alat tangkapnya ramah lingkungan. Ketiga, konflik agraria akibat perebutan fishing ground. Konflik ini dapat terjadi pada nelayan antarkelas maupun nelayan dalam kelas sosial yang sama.

Bahkan dapat juga terjadi antara nelayan dengan pihak bukan nelayan, seperti konflik dengan para penambang pasir dan industri pariwisata. Keempat, konflik primordial, yang menyudutkan sistem pemerintahan otonomi dan desentralisasi kelautan. Konflik identitas tersebut tidak bersifat murni, melainkan tercampur dengan konflik kelas maupun konflik orientasi yang sebenarnya kerap terjadi sebelum diterapkannya otonomi daerah.

Maka dalam hal ini, pendapat saya yaitu melakukan restrukturisasi sosial dengan melibatkan pen-samarata-an strata sosial dikalangan masyarakat tersebut. Hal yang paling saya prioritaskan adalah pembentukan pemerintahan yang bersih, adil, demokratis serta produktif menghasilkan kebijakan-kebijakan yang strategis dan efektif. Masyarakat dari segala level, pemerintah, serta industri yang hadir disana harus duduk bersama membuat sebuah peraturan-peraturan yang dapat mengayomi kepentingan utama mereka tanpa harus mengorbankan salah satu elemen masyarakat tersebut. Diharapkan dengan terakomodasinya semua kepentingan tersebut, masalah seperti kesenjangan sosial atau gap sosial antar elemen masyarakat tidak terjadi lagi.

3. Aspek Kebudayaan

Sebenarnya untuk membangun kebudayaan masyarakat pesisir tidak harus selalu dipersepsikan pada jenis pekerjaan tertentu. Artinya jika membicarakan wilayah pesisir tidak semata-mata harus dihubungkan dengan kegiatan nelayan (kelautan) saja. Pembagian wilayah pesisir dengan perbukitan/pegunungan disekitar pantai itu merupakan konsep kewilayahan. Wilayah pesisir dan laut merupakan tatanan ekosistem yang memiliki hubungan sangat erat dengan daerah lahan atas (upland), baik melalui aliran air sungai, air permukaan (run off) maupun air tanah (ground water) serta kegiatan manusia. Keterkaitan tesebut menyebabkan terbentuknya kompleksitas dan kerentanan diwilayah pesisir.

Disini saya melihat peluang adanya berbagai mata pencaharian yang muncul. Maksudnya disini adalah diversifikasi pekerjaan. Banyak penduduk diluar hinterland tersebut yang bekerja disektor perdagangan, perindustrian, pemerintah, jasa konstruksi, transportasi dan lain-lain. Terutama didaerah kota yang telah berada di dataran tinggi daerah tersebut. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan wilayah pesisir daerah tersebut dapat melakukan kerja sama yang baik antar-stakeholder, baik yang berada diwilayah pesisir itu sendiri maupun yang berada didaerah diluar daerah tersebut.

Hal yang paling saya prioritaskan adalah pembangunan infrastruktur jalan dan komunikasi untuk memacu mobilitas antar daerah disekitar wilayah pesisir itu. Setelah arus ekonomi laut telah terekspansi ke daerah lain, maka hal selanjutnya yang akan saya lakukan adalah penggiatan kegiatan ekspor hasil kelautan wilayah tersebut.



Sumber :

http://ryanalfiannoor.wordpress.com/2009/11/16/pengembangan-komunal-masyarakat-pesisir-pantai/

http://id.wikipedia.org/wiki/Peter_Kropotkin







Your website value?

Monday 14 December 2009

Dewey

Judul: DEWEY - Kucing Perpustakaan Kota Kecil yang Bikin Dunia Jatuh Hati
Penulis: Vicki Myron dan Brett Witter
Penerjemah: Istiani Prayuni
Penyunting: Mita Yuniarti dan Anton Kurnia
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta
Terbit: I, Oktober 2009
Tebal : 400 hlm

Buku yang diangkat dari kisah nyata ini menceritakan kisah Dewey seekor kucing jalanan yang ketika usianya baru beberapa minggu dibuang ke sebuah kotak pengembalian buku di Perpustakaan Umum Spencer, Iowa, Amerika Serikat oleh seseorang tak dikenal saat musim dingin di tahun 1998. Ia baru ditemukan keesokan harinya oleh direktur perpustakaan, Vicki Myron.

Dalam keadaan yang hampir mati beku kedinginan Vicki mengangkat kucing itu dan segera menghangatkannya dan menjadikan perpustakaan sebagai rumah bagi si kucing. Siapa yang bisa menduga, tindakan sederhana yang dilakukan Vicki terhadap anak kucing jalanan itu kelak akan memberi pengaruh yang luar biasa besar baik untuk dirinya, Perpustakaan Spencer, bahkan kota kecil Iowa pada umumnya.

Kucing malang itu diberinya nama Dewey, seperti nama penemu system pengklasifikasian buku. Dewey segera mencuri hati para pegawai Perpustakaan Spencer. Hampir semua staf perpustakaan mencintainya. Tak seperti kucing jalanan pada umumnya, Dewey terlihat lebih manis, cerdas, dan yang terutama adalah sikapnya dan interaksinya yang baik terhadap pengunjung perpustakaan.

Awalnya kehadiran Dewey hanya diketahui oleh staf perpustakaan dan beberapa pengunjung saja, namun lambat laun Dewey semakin terkenal, seminggu setelah ia tinggal di perpustakaan kisah penyelamatan Dewey muncul di harian pertama surat kabar lokal. Publisitas ini akhirnya membuat seluruh penduduk Iowa mengetahui keberadaannya.

Kepopuleran Dewey dan sikap manisnya terhadap pengunjung perpustakaan membuat Dewey seolah menjadi duta perpustakaan dan inspirasi bagi siapa saja yang berinteraksi dengannya. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya orang yang tertarik pada Dewey, jumlah kunjungan ke perpustakaan Spencer bertambah secara mencolok. Orang-orang tinggal lebih lama di perpustakaan dibanding sebelumnya, mereka pulang dengan gembira dan kegembiraan itu dibawa pulang ke rumah, ke sekolah, dan ke tempat kerja. Dan orang-orang mulai membicarakan Perpustakaan Spencer.

Ketenaran Dewey ternyata terus bertambah, kini ia tak hanya dikenal di Iowa, kisahnya bahkan menembus hingga ke kota-kota sekelilingnya, melintasi negara bagian, hingga akhirnya merebak ke Negara-negara lain. Bahkan televisi NHK Jepang memilih Dewey menjadi proyek pertama mereka dalam pembuatan film dokumenter binatang.

Kehidupan Dewey selama sembilan belas tahun ini akhirnya memang akan menjadi sumber kebanggaan bagi Iowa, sebuah kota pertanian yang ketika Dewey ditemukan nyaris bangkrut. Dewey memang tidak menciptakan lapangan kerja atau apapun yang membuat kota Iowa menjadi maju secara ekonomi, namun tanpa disadari kehadiran Dewey muncul pada saat yang tepat dimana saat itu Amerika dilanda krisis ekonomi, kehadiran Dewey sedikit banyak telah mengalihkan pikiran negatif dari pendududuk Iowa akibat krisis ekonomi.

Kisah kehidupan Dewey, kucing perpustakaan inilah yang oleh Vicki Myron (penemu Dewey) dan Bret Witter (editor dan pecinta kucing) dituangkan dalam sebuah buku yang diberinya judul “Dewey”. Secara umum buku ini memang menceritakan bagaimana seekor kucing jalanan yang dibuang orang kelak akan menjadi kucing yang paling dikenal di dunia dan bagaimana Dewey menjadi inpirasi bagi banyak orang.

Pada awalnya Dewey hanya menyentuh kehidupan Vicki, ia menjadi perekat hubungan Vicky dengan anak gadisnya yang mulai renggang. Lalu Dewey juga menjadi perekat hubungan antar staf perpustakaan Spencer tempat Vicki bekerja. Lambat laun pengaruh positif Dewey semakin meluas lagi. Sikapnya yang manis terhadap pengunjung perpustakaan membuat ia menjadi kucing yang paling dicintai.

Tak hanya warga kota Iowa saja yang mencintai Dewey, bahkan orang-orang dari luar kota yang jaraknya puluhan hingga ratusan kilometer dari Iowa pun kerap berkunjung ke perpustakaan Spencer untuk menemui Dewey.

Dari keseluruhan kisah mengenai Dewey dalam buku ini, kita tak akan menemui sebuah peristiwa heroik yang dilakukan Dewey. Dewey bukanlah kucing pahlawan, ia hanyalah seekor kucing biasa, namun yang membuat ia terkenal dan menjadi inpirasi bagi banyak orang adalah sikapnya yang manis terhadap semua pengunjung perpustakaan.

Dewey tidak memilih-milih orang yang disayanginya. Dia mencintai semua orang tanpa pilih kasih. Setiap hari dia Setiap menyambut orang-orang yang datang ke perpustakaan, duduk di pangkuan pengunjung yang membutuhkannya, sehingga membuat orang-orang itu merasa diperhatikan oleh Dewey.

Hal terbesar yang dilakukan Dewey adalah bagaimana persahabatannya dengan Crsytal seorang gadis cacat. Dewey mampu mengubah gadis yang tadinya sangat tertekan menjadi lebih optimis dan menikmati saat-saat bahagia bersamanya. Tak hanya dengan Crystal, Dewey juga bersahabat dengan seorang gelandangan, anak yang setiap harinya ditinggal kerja oleh ibunya, hingga seorang eksekutif muda. Hubungannya dengan banyak orang dari berbagai kalangan itulah yang membuat Dewey menjadi inpirasi bagi semua orang yang berinteraksi dengannya.

Apa yang ditulis oleh Vicki mengenai kucing kesayangannya ini memang luar biasa, namun untungnya Vicki tak terjebak untuk menuliskan semua kelebihan Dewey. Di buku ini juga akan terungkap sisi buruk Dewey seperti cerewet dalam memilih makanan, sulit untuk diajak ke dokter, kabur dari perpustakaan, dll. Sehingga sosok Dewey yang ditampilkan bukanlah sebagai kucing sempurna, melainkan seekor kucing normal yang memiliki kabaikan dan keburukan.

Selain tentang Dewey, tampaknya penulis juga menuturkan kisah hidupnya dalam buku ini. Mulai dari kisah pernikahannya yang gagal, perjuangannya membesarkan satu-satunya anak gadisnya, hingga berbagai penyakit yang dideranya.

Karena kehidupan Dewey berada dalam perpustakaan, maka aktivitas dan semua pernah-pernik perpustakaan akan muncul di buku ini. Seperti bagaimana perkembangan perpustakaan Spencer dari waktu ke waktu selama Dewey hidup, beralihnya sistem manual ke komputerisasi, usaha-usaha yang dilakukan perpustakaan kota Spencer untuk menarik minat pengunjung, dll.

Hal ini tentunya sangat menarik dan bermanfaat juga bagi pemerhati dan praktisi perpustakaan kita. Sedikit banyak kita akan belajar dan disadarkan bahwa fungsi perpustakaan bukan sekedar gudang yang sunyi tempat menyimpan buku, melainkan juga sebuah tempat untuk berkumpul, ruang publik di mana perpustakaan menjadi sentral bagi perkembangan dan berbagai aktifitas sosial dan budaya masyarakat di sekitarnya.

Sebagai kesimpulan, buku yang diangkat dari kisah nyata ini kita akan disuguhkan kisah menakjubkan dari seekor kucing yang begitu menginpsirasi jutaan orang. Bukan karena tindakan kepahlawanannya, melainkan karena cinta, kemurahan hati, dan kekuatan hubungan yang baik antara manusia dengan hewan. Selain itu, buku ini juga mengajak pembacanya untuk berpikir positif di tengah segala kesulitan hidup.

@h_tanzil