Wednesday 23 June 2010

Sunnah dan Bid'ah

Sabda Rasulullah SAW "Siapa yang hidup diantaramu setelah aku tiada, pastilah ia akan melihat banyak ikhtilaf (perbedaan dalam aqidah dan ibadah). Aku perintahkan kepadamu agar berpagang kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk. Berpeganglah kepadanya dengan sekuat kemampuanmu. Hati-hatilah dengan perkara yang baru, sebab setiap perkara yang baru dalam islam adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat" (HR. Ahmad, Abu dawud dan At Tirmidzi)

Pengertian Sunnah

Sunnah artinya jalan, cara, metode, perilaku, hukum, peraturan, tabiat, watak. Bentuk jamaknya (banyaknya) adalah sunan. Sunnatullah adalah hukum yang ditetapkan Allah, misalnya bumi berputar dan sebagainya. Syariat Islam termasuk sunnatullah, siapa yang melaksanakannya ia akan mendapat pahala surga. Siapa yang meninggalkannya ia akan beroleh siksa neraka. Perintah Allah ini tidak akan berubah sampai kapan pun. Frimannya

"Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapatkan penggantian bagi sunnatullah, dan sekali-kali kamu tidak akan mendapatkan penyimpangan pada sunnatullah." (QS. Fathir : 43)

Sedangkan yang dimaksud dengan sunnah Nabi SAW atau sunnah Rasul SAW adalah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW berupa ucapan, perbuatannya, dan pengakuannya. Adakalanya sunnah disebut juga Hadits. Adalagi sunnah yang sering disebut sunnat dalam arti hukum Islam ; bila dikerjakan mendapat pahala, jika tidak dikerjakan tidak mendapat siksa. Yang dimaksud dengan sunnah pada tulisan ini adalah amal-amal Nabi Muhammad SAW yang harus diikuti oleh setiap muslim yang hukumnya wajib maupun yang hukumnya sunnat. Seperti ibadah shalat, makan dan minum dengan tangan kanan. Adakalanya tidak disebutkan bahwa Rasulullah SAW berbuat sesuatu, namun sahabat menyebutnya "termasuk sunnah". Misalnya ucapan Ibnu Abbas r.a

"Termasuk sunnah agar tidak memulai ihram haji kecuali pada bulan haji (Syawal, Dzul qa'dah dan Dzul hijjah)." (HR al-Bukhari)

kebalikan dari sunnah Nabi SAW adalah bid'ah

Perintah melaksanakan sunnah Nabi SAW

"Katakanlah (Muhammad), "jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah itu maha Pengampun lagi maha Penyayang." (QS. Ali-Imran : 31)

Katakanlah "Taatlah kamu kepada Allah dan Rasul, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang kafir." (QS. Ali-Imran : 32)

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa : 59)

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab : 21)

Sabda Rasulullah SAW :

"Setiap ummatku akan masuk surga, kecuali yang abaa (menolak)."
para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah siapa yang abaa?"
jawab beliau,
"Siapa yang mentaatiku (melaksanakan sunnahku) ia akan masuk surga, dan siapa yang maksiat kepadaku (tidak melaksanakan sunnahku), sungguh ia telah menolak." (HR. Al-bukhari)

Sabda Rasulullah SAW :

"Aku tinggalkan padamu dua perkara, kamu tidak sesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnha Nabi-Nya." (HR. Ibnu Abdil Barr)

"Siapa yang membenci sunnahku, ia bukan dari golonganku" (HR. Al-Bukhari)

Pengertian Bid'ah

Bid'ah menurut bahasa artinya "sesuatu yang baru yang tidak ada contoh sebelumnya. Salah satu nama Allah adalah Al-Badi' artinya Maha Pencipta. Dia menciptakan segala sesuatu yang baru, yang tidak ada sebelumnya. Bid'ah disebut juga muhdats atau muhdatsatul umur yakni perkara-perkara yang baru yang tidak dilakukan oleh Rasulullah SAW atau oleh para sahabatnya.

Sedangkan menurut istilah, bid'ah ialah " sesuatu yang baru di dalam agama yang tidak pernah disyari'atkan oleh Allah dan Rasul-Nya "atau" satu cara yang diadakan atau dibuat oleh orang di dalam Islam yang menyerupai syari'at dengan tujuan beribadah kepada Allah. (Al Iqtidlo, syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah , Al 'Itisham, Imam Asy-Syatibi).

Alasan orang melakukan bid'ah karena ingin mendapat pahala. Misalnya melfalkan niat sebelum shalat padahal Nabi SAW dan para sahabatnya seorang pun tidak ada yang melakukanya. Andaikan perbuatan itu baik tentu mereka melakukannya.

Padahal yang dimaksud dengan ibadah ialah "Segala sesuatu yang dicintai dan diridloi oelh Allah baik perkataan atau perbuatan yang lahir dan yang batin." Bila ingin dicintai Allah, harus mengikuti petunjuk Rasul-Nya, karena beliaulah satu-satunya contoh yang baik.

Bid'ah atau aqidah atau keyakinan disebut syirik. Syirik ialah berkeyakinan bahwa makhluk mempunyai kekuatan ghaib.Misalnya orang yang berkeyakinan bahwa hajar aswad dapat memberikan kekuatan sehingga ia menaruh hormat kepadanya seperti halnya kepada manusia. Atau berkeyakinan bahwa kuburan Nabi adalah tempat keramat, sehingga banyak orang yang meminta-minta di atasnya.

Ancaman bagi para pelaku Bid'ah

Sabda Rasulullah SAW :

"Siapa yang mengamalkan ibadah yang bukan perintahku, maka ibadahnya akan tertolak, (HR. Muslim)

"Siapa yang hidup diantara kamu sesudahku (sepeninggalku), niscaya dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kamu berpegang dengan sunnahku dan sunnah khulafa Rasyidin yang mendapat petunjuk. Berpeganglah kepadanya dan gigitlah dengan gigi gerahammu (peganglah dengan kuat) dan jauhilah olehmu segala urusan yang baru (muhdats). Karena sesungguhnya setiap urusan yang baru itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat" (HR. Ahmad , Abu Dawud, Tirmidzi, ibnu Majah)

... Amma ba'du maka sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah (Al-Quran) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW. Dan sejelek-jelek urusan adalah urusan baru (muhadats) dan setiap muhadats adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya neraka. (HR Ahmad, Muslim, an-Nasai, dan Ibnu Majah)

Sabda Rasulullah SAW :

"Sesungguhnya Allah menghalangi taubat dari pelaku setiap bid'ah"

Asal mula timbulnay bid'ah

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan yang lainnya diceritakan, bahwa ada tiga rombongan sahabat yang mengunjungi rumah-rumah Rasulullah SAW. Mereka bertanya kepada Isteri-isteri beliau tentang ibadah Nabi SAW. Setelah mendengar penjelasan apa saja yang dilakukan beliau, ketiga rombongan itu berkesimpulan bahwa ibadah mereka itu sedikit bila sama dengan ibadah beliau. Ibadah beliau itu sedikit, karena beliau sudah di jamin masuk surga dan diampuni segala dosanya, mengingat QS. Al-Fath : 1-2
Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, suapay Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus.

Berkatalah seorang diantara mereka, "saya akan shalat sepanjang malam selamanya." Seorang lagi berkata "kalau saya, akan shaum sepanjang tahun, tidak akan terlewat satu hari pun." Sedangkan yang lainnya berjanji "Saya akan menjauhi wanita, dan akan membujang selamanya."
Setelah semuanya bertekad akan menambah iabdah melebihi ibadah Nabi SAW, beliau datang seraya bersabda

"Kamu yang berkata "begini", "begitu". Demi Allah, sungguh aku orang yang paling takut kepada Allah daripada kamu, dan paling taqwa kepada-Nya di antaramu, tapi aku shaum dan tidak shaum, aku shalat dan tidur, dan aku pun menikahi perempuan-perempuan. Siapa yang tidak suka sinnahku, ia bukan dari golonganku." (HR. Al-Buhari, muslim, dan An-nasi)

Dari cerita di atas, jelas bahwa keinginan untuk menambah ibadah sudah ada pada masa Rasulullah SAW, malahan mereka berterus terang di hadapan beliau. Tetapi cara itu tidak dibenarkan beliau, bahkan diancam dengan pernyataan bukan ummatnya.

Ketika Rasulullah SAW masih hidup, yang berbuat menyimpang mendapat teguran langsung dari beliau. Pada zaman khalifah Abu Bakar Umar r.a kaum muslimin masih takut berbuat di luar ketentuan syari'at. Setelah khalifah Usman r.a wafat, timbullah provokator yang dimotori abdullah bin Saba, seorang yahdi yang licik dengan membuat hadits-hadits palsu untuk kepentingan politik dalam rangka memecah belah kesatuan umat Islam. Karena hadits tidak seperti Al-Quran yang ditulis sejak diturunkannya dan di bukukan pada masa khalifah Abu Bakar, muncul madzhab (pendapat) dari para Imam hanya sekedar pendapat menurut pikirannya sebelum mereka pmendapatkan hadits yang shahih, tetapi oleh para pengikut dan murid-muridnya pendapat (madzhab) gurunya dianggap hadits. Padahal Imam yang empat telah memperingatkan pengikutnya agar jangan taqlid kepada mereka. Bahkan Ima Asy-Syafi'i menulis, "Apabila kamu mendapatkan dalam kitabku sesuatu yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah SAW, maka berpeganglah kepada sunnah Rasulullah SAW dan tinggalkanlah pendapatku." Ia dan Imam Abu Hanifah menyatakan,

"apabila hadits itu shahih, itulah madzhabku"

Sesungguhnya mereka sangat hati-hati, karena setiap manusia harus mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah. Para pembuat bid'ah dan pengikutnya pun harus bertanggungjawab, mengapa mereka mengada-ada ibadah di luar perintah Allah dan contoh Rasul-Nya? Para pembuat bid'ah untuk melegalkan perbuatannya, tidak tanggung-tanggung membuat hadits palsu, mengatasnamakan Nabi SAW. Padahal beliau mengancam :

"Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka siap-siaplah ia mengambil tempat dari api neraka." (HR. jamaah/para ahli hadits)

bila kita ragu menilai sebuah ibadah antara sunnah (mandub) dan bid'ah, maka tinggalkanlah, karena berbuat bid'ah adalah dosa besar.

No comments:

Post a Comment