Sunday 4 July 2010

Nabi Muhammad SAW juga manusia

Rasulullah saw. merupakan manusia pilihan Allah sebagai nabi dan rasul-Nya. Beliau diutus Allah kepada seluruh manusia untuk menyampaikan risalah Islam. Beliau adalah sosok pribadi yang kharismatik penuh wibawa dan memancarkan kemuliaan juga memiliki keluhuran budi. Setiap ucapan dan perbuatannya selalu dikuti oleh setiap pengikutnya. Senantiasa dijadikan figur dan teladan dalam dalam setiap gerak langkahnya.

Tidak hanya memiliki kepribadian yang mulia, beliau juga merupakan pemimpin yang bijaksana, cerdas, amanah, yang mampu mengayomi umatnya. Beliau memiliki peran sentral dalam perjuangan umat Islam.

Namun bila kita perhatikan sederetan keutamaan dan keunggulan beliau, menunjukan bahwa beliau itu manusia sempurna yang tidak memiliki kekurangan dan kelemahan sedikitpun. Seolah-olah beliau itu malaikat yang tidak pernah melakukan salah.

Tetapi perlu kita ingat bahwa Nabi Muhammad saw. juga manusia biasa seperti kita sama halnya dengan semua manusia. Dalam surat Al-Kahfi ayat 110 ada penggalan ayat ”sesungguhnya aku (Muhammad) hanya seorang manusia biasa seperti kamu”. Kata basyar ini biasa digunakan untuk menunujukan manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk yang memiliki persamaan dengan sesamanya. Nabi Muhammad saw adalah basyar seperti basyar (manusia) yang lain. Beliau memiliki juga panca indra sebagaimana yang lain. Merasa lapar, dahaga, serta memiliki naluri dan kebutuhan-kebutuhan jasmani dan psikologis. Beliau juga dilahirkan sebagaimana semua manusia dilahirkan, lalu melewati masa kanak-kanak. Beliau pun menikah, punya anak, mengalami sehat, sakit, merasakan sesuatu yang dirasa semua orang berupa kesedihan dan kegembiraan. Seperti kesedihan ketika meninggalnya istri tercinta Khadijah dan Abu Thalib yang selalu membela dan melindungi beliau dari gangguan orang-orang Quraisy. Juga merasakan kegembiraan ketika memenangkan peperangan  pada perang Badar dan Fathul Makkah sebagaimana merasakan kekalahan para perang Uhud dan Hunain. Inilah persamaan Nabi Muhammad saw dengan manusia yang lain.

Yang membedakan Nabi Muhammad saw. dan manusia lainnya adalah hanya pada kedudukannya sebagai nabi dan rasul yang mendapat wahyu Allah swt. disertai keistimewaannya dari segi budi pekerti dan kesucian jiwanya.

Berbeda dengan dugaan kaum musyrikin yang mengira bahwa para nabi termasuk Nabi Muhammad saw. memiliki kemampuan seperti dengan kemampuan Allah serta mengetahui segala yang ghaib. 

Nabi Muhammad saw. memiliki kelebihan dibandingkan manusia lainnya yaitu beliau orang yang di ma’sum oleh Allah swt. dalam artian bukan berarti beliau tidak pernah melakukan kesalahan. Tetapi yang di maksud di ma’sum disini adalah bahwa beliau itu tidak akan pernah salah dalam menyampaikan wahyu. Beliau selalu dibimbing langsung langsung oleh malaikan Jiblir dalam menyampaikan wahyu. Apabila beliau melakukan kesalahan maka Allah langsung menegornya dengan wahyu juga melalui perantaraan Jibril.

Berbagai sisi kemanusiaan Nabi Muhammad saw. yang disebutkan diatas menunjukan bahwa beliau itu manusia biasa. Salah satu ciri paling menonjol dari yang menunjukan bahwa beliau memang benar manusia biasa, yaitu mengalami kematian, sama halnya dengan manusia pada umumnya, karena beliau itu bukan manusia yang memiliki keabadian seperti Allah swt yang maha Kekal  dan tidak akan mengalami kematian.

Apa jadinya apabila Nabi Muhammad saw. tidak wafat? Kaum muslimin akan menghadapi fitnah yang besar dan berbagai kesesatan. Akibatnya akan terjadi pengkultusan dan pengagungan yang berlebihan, bahkan mungkin akan menyamakannya dengan Tuhan. Seperti anggapan kaum musyrikin.

Dalam sejarah tercatat bagaimana peristiwan wafatnya Nabi Muhammad saw. yang diwarnai kesedihan yang mendalam yang dialami oleh para sahabat. Tidak hanya kesedihan yang mewarnai kewafataan beliau, tetapi ketidakpercayaan sahabat Umar bin Khathab bahwa Rasulullah saw. wafat. Bahkan Umar akan memotong tangan dan kaki orang yang mengatakan bahwa Nabi saw. wafat.

Peristiwa ini direkam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, ia berkata, ”Ketika Rulullah saw. wafat para sahabat menangis, kemudian Umar bin Khathab ra. berkhutbah di mesjid dan berkata, ”Sesungguhnya aku tidak akan mendengar ada orang yang menyatakan bahwa Rasulullah saw. wafat, tetapi beliau diutus oleh Allah sebagaimana Musa bin Imran diutus Allah saw. dan meninggalkan kaumnya selama 40 hari. Sesungguhnya demi Allah aku akan memotong tangan dan kaki orang yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. wafat.” Ikrimah juga meriwayatkan, ia berkata,”Ketika Rasulullah saw. wafat, para sahabat berkata,”Sesungguhnya Allah mengangkat beliau ke langit dengan ruhnya, sebagaimana Allah mengangkat Musa as. dengan ruhnya.”Lalu, Umar berdiri sambil berkata,”Sesungguhnya Rasulullah saw. belum wafat, tetapi Allah mengangakat beliau ke langit dengan ruhnya, sebagaimana Allah mengangkat Nabi Musa ke langit dengan ruhnya, Rasulullah saw. tidak akan wafat, sehingga beliau memotong tangan-tangan dan lidah-lidah mereka (orang-orang).”Ikrimah meneruskan, ”Umar terus berbicara hingga sudut mulutnya berbusa. Kemudian Abu Bakar ra.,”Sesungguhnya, Rasulullah saw. telah wafat seperti halnya manusia lainnya, maka kuburkanlah saudaramu itu. Apakah Allah mematikan seseorang diantara kalian dengan satu kematian dan Allah mematikannya (Rasulullah) dengan dua kematian? Beliau lebih mulia di sisi Allah dari pada itu jika seperti yang kalian katakan. Maka, tidaklah sulit bagi Allah untuk membelah tanah, lalu Allah keluarkan beliau dari tanah tersebutr. Beliau tidak akan wafat sehingga beliau meninggalkan jalan yang halal itu halal dan yang hram itu haram, beliau menikah dan bercerai dan beliau juga berperang dan berdamai. Betapapun perhatian seorang gembala terhadap hewan gembalanya, hingga kepuncak bukit, merontokkan dedaunan untuk makanan hewannya dengan cemetinya dan mengisi tempat minumnya dengan tangannya sendiri dengan susah payah. Hal demikian tidak melebihi perhatian dan kasih sayang Rasulullah saw. terhadap kalian.

Pada riwayat lain Aisayah ra. Berkata,”Ketika Rasulullah saw. wafat, Umar dan Mughirah bin Syu’bah meminta izin, lalu mereka berdua masuk dan membuka kain wajah beliau, kemudian Umar berkata,”Apakah beliau pingsan? Alangkah beratnya pingsan Rasulullah saw.”Setelah mereka selesai, mereka pergi ke pintu, Mughirah berkata,”Wahai Umar! Demi Allah, Rasulullah saw. telah wafat.” Lalu Umar menjawab,”kamu dusta! Rasulullah saw. tidak wafat. Kamu terpengaruh fitnah, beliau tidak akan wafat sehingga orang-orang munafik binasa. Kemudian Abu Bakar datang naik mimbar lalu memuji Allah swt dan membaca firman Allah yang berbunyi,

Sesungguhnya kamu (Muhammad) akan mati dan Sesungguhnya mereka juga akan mati (pula).(Q.S. Al-Zumar (30): 30). Ia pun membaca firman Allah yang lain yang berbunyi,

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.(QS. Ali Imran (3): 143-145).

Setelah membaca ayat ini Abu Bakar ra berkata, ”Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad telah mati, dan barangsiapa menyembah Allah, sesungguhnya Allah hidup dan tidak akan mati.”Lalu Umar ra. berkata, ”Apakah ayat ini dari kitab Allah? ”Abu Bakar menjawab, ”Ya” kemudian Umar ra. berkata,”Wahai manusia, ini Abu Bakar orangtua kaum muslimin. Baitlah ia! Orang-orang kemudian membaiatnya.

Peristiwa ini menunjukan kepada kita kecintaan dan kasih sayang para sahabat kepada Rasulullah Saw. begitu besar bahkan ketika wafatnya sebagian sahabat tidak percaya. Karena orang yang selalu diteladani dari setiap perkataan dan perbuatannya telah pergi untuk selama-lamanya dan tak akan pernah kembali.

Apa mau dikata Nabi Muhammad saw. juga manusia. Disinilah letak keunikannya. Dengan diciptakannya beliau seperti manusia biasa, hal ini menunjukan kebesaran dan kemuliaannya. Seandainya, beliau itu malaikat, pastilah terbesit dalam hati kita, ”Bagaimana mungkin kita bisa melakukan sesuatu yang dikerjakan malaikat?” malaikat itu selalu taat dan tidak pernah maksiat kepada Allah. Kita dituntut untuk senantiasa meneladani setiap ucapan dan perbuatannya, sedangkan kita manusia biasa? Suatu hal yang mustahil apabila kita ingin meneladani beliau apabila yang diteladaninya diciptakan seperti malaikat

Inilah hikmahnya kenapa beliau itu diciptakan seperti manusia biasa. yang terdiri atas daging dan darah juga memiliki karakteristik manusia pada umumnya. Maka hal yang wajar apabila kita meneladaninya dan kita pun bisa mengikuti jejak langkah dan sunah-sunahnya. Pertanyaanya, mengapa kita tidak mampu dan tidak mau meneladaninya? Sedangkan beliau sama dengan kita, sama-sama manusia bisa.

Wallahu’alam bishawab.

IRWAN MUNAWAN
Mahasiswa STAIPI Garut

Sumber : persis.or.id

No comments:

Post a Comment